Rabu, 24 Februari 2010

Guru Profesional

Dalam beberapa hari yang lalu, koran Kompas tengah memberitakan kegiatan plagiat yang dilakukan oleh kalangan akdemisi, bahkan guru. Dan kita juga dibuat tersentak adanya berita 1082 orang guru di Riau yang melakukan kegiatan serupa dalam upaya meraih gelar "Guru Profesioanl".
Alangkah rendahnya tabiat tersebut, guru yang seharusnya menjujung tinggi norma-norma kejujuran justru melakukan perbuatan yang tidak terpuji. Kita semua maklum adanya bila menyandang predikat "Profesional" adalah dambaan hampir setiap guru.
Profesional dan bergaji tinggi, amat mengiurkan memang.
"Korupsi" di kalangan birokrasi terbentuk karena adanya peluang dan kemauan. Kenapa peluang bisa terwujud karena adanya aturan yang mungkin kurang jelas atau kurang tegas. sedangkan kemauan bisa terjadi karena adanya kesempatan yang selalu hadir dihadapan para pemangku birokrasi.
Plagiarisme yang mewabah di kalangan akedemisi juga terbentuk karena adanya kesempatan dan kemauan. Peluang untuk melakukan penjiplakan terbuka lebar karena memang jutaan karya ilmiah begitu tersebar bebas di ribuan perputakaan, belum lagi sekarang dapat dilakukan dengan mudah melalui internet.
Karena iming-iming Profesional dengan tunjangan 1 bulan gaji, itulah yang membuat kemauan timbul di kalangan para guru ( dan mungkin dosen). Munculnya berbagai seminar tingkat nasional dan internasioanl juga merupakan peluang untuk mendapatkan selembar sertifikat demi menambah angka Portofolio. Nah kesempatan ini digunakan oleh para penyelenggara seminar untuk mencari keuntungan tentu saja.
Akankah guru "Profesional" dapat diraih dengan kumpulan portofolio?....... wallahu a'lam
MGMP TIK SMP Kab. Semarang selama kurun waktu 6 tahun terakhir memang telah mengadakan diklat beberapa kali, diantaranya adalah di UNES, UKSW, dan juga di SMK Telekomnunikasi Tunas Harapan. Tapi kegiatan yang diselenggarakan memang hanya semata-mata untuk meningkatakan kompetensi para pengampu mata pelajaran TIK. Dan hasilnya cukup membanggakan (meskipun belum di lakukan survei sampai seberapa jauh keberhasilan diklat yang telah dilakukan).
Para pengurus MGMP TIK SMP Kab. Semarang memang telah berusaha semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kompetensi para anggotanya. Harapannya tentu saja berimbas pada peserta didik.
Guru Profesioanal,.....?????? menurut saya tidak meungki terwujud dari kumpulan Portofolio apalagi para plagiator,......
Saya ingat satu hal ketika mengikuti IHT di suatu sekolah,...... ada seorang pengawas sekolah yang menyusun desertasi S2 nya dengan mencuri dari suatu perpustakaan di sebuah perguruan tinggi. Kebetulan pengawas tersebut adalah salah satu nara sumber dari IHT ini. Maka tanpa basa basi saya langsung keluar ruangan, karena saya beranggapan tidak mungkin bermafaat ilmu yang diberikan oleh seorang "pencuri" ilmu secara tidak sah dengan menyobek suatu karya ilmiah di perpustakaan,...........

Tidak ada komentar:

Posting Komentar